Aug 22, 2012

wisata Bandung - Curug Cimahi

       Ini pertama kalinya saya memposting seputar tempat wisata, ini tidak jauh masih dalam wilayah kota saya yaitu Bandung. dan ini kali pertama kedua orang tua saya mengijinkan saya pergi berwisata dengan teman - teman sekolah yang biasa kami sebut "Touring" semasa SMA dulu (Tahun 2007). .


Lokasi : Terketak dijalan kolonel Masturi, Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Propinsi Jawa barat.

Curug atau air Terjun Cimahi ini memiliki ketinggian 87 m, dan merupakan salah satu curug yang tertinggi di wilayah Bandung dan sekitarnya. nama sendiri berasal dari nama sungai yang mengalir diatasnya yaitu sungai cimahi. curug ini berada diketinggian 1050 m dpl dengan suhu dikawasan ini berkisar 18 - 22 derajat celcius.

sumber : https://sites.google.com/site/wisataairterjun/jawa-barat/curug-cimahi---bandung-barat

       Masalah transportasi kami menggunakan kereta api dari stasiun kereta api Kiaracondong hingga ke Cimahi dan untuk sampai ke Curug kami menggunakan jasa angkot yang kami sewa 1 unit sebutan gaulnya dulu mencarter. Uang yang dikeluarkan juga tidak begitu mahal hanya saja saya lupa nominalnya berapa, dan naik tangganya untuk sampai ke curug capeKnya bukan main tapi lumayanlah saya terbilang cukup cepat dibanding temen perempuan saya yang lain, eh tapi ada temen saya sih yang lebih cepet tapi satu orang jadi saya perempuan kedua yang tercepat *gak penting. 

       Banyak kejadian lucu saat diperjalanan, ya maklum saja saat itu kami masih anak SMA dan banyak melakukan hal - hal konyol atau bodoh, saat teman saya yang pertama kali naik kereta api memainkan sebuah tonggak di perbatasan gerbong yang kata temen sih itu penyambung gerbong kita dengan gerbong dibelakang dan tidak boleh diputar sementara temen saya udah muterin sedikit, kalau gak dikasih tau mungkin dia udah ngelepas gerbong belakang dengan suksesnya. .

       Pengalaman pribadi saya yang pertama kalinya naik kereta api setelah gede, disebut pesek sama pengemis gara - gara saya nutup hidung saya yang sensitif kena debu takut bersin - bersin,  awalnya saya miris dan niat ngasih uang tapi karena dia ngejek saya, baiklah mang saya mengurungkan niat saya dan saya membuka tangan saya yang menutup hidung dengan bangga mempersembahkan bahwa HIDUNG SAYA TIDAK PESEK dan memasukan uang saya ke saku jaket di depan mata dia yeaaaah!!! dan si pengemis itu pergi. . .

       Hal lucu pun terjadi ketika supir angkot yang kita sewa itu beristirahat untuk membeli kopi di warung pinggir jalan saat keadaan jalan sedang nanjak, entah mang angkot itu yang polos atau lebih tepatnya aneh, dia cuek saja keluar dan menyuruh kami jajan dulu diwarung dengan hanya mengganjal ban dengan "1 BUAH BATU BATA RETAK" biar tragis kesannya :p , sangking malesnya temen - temen perempuan saya yang lain termasuk saya hanya diam di dalam angkot sambil tiduran, dan hal anehpun terasa, perlahan - lahan tapi pasti mobil terasa berjalan mundur alias mau turun lagi, kita panik teriak - teriak di dalem sambil melambai - lambaikan tangan, tapi si mang angkot malah melambai - lambai tangan balik dan bilang "neng jajan dulu sini", wah mang kita panik setengah mati nih malah disuruh jajan gerak aja takut, "MAAAAAAAK TOLONGGGGGGG!!!!!!!!!!", antara panik dan ngerasa si supir angkot itu konyol banget jadi pengen ketawa sekaligus nge jitak, buru - buru teman - teman laki - laki saya berlarian dan menahan mobil dan mengganjalnya dengan batu, selamat - selamat langsung pada turun dari mobil karena trauma. wkwkwkwkwk

       Hal bodoh dari saya, ketika saya pertama kali tahu bentuk nyata dari lintah (kampungan), saya tahu hanya di TV maklum daerah rumah saya kota sih jadi gak ada yang begitu *padahal sering disebut perbatasan :p. saya duduk di batu besar berdua dengan teman saya, niatnya sih mau sok - sok pose gitu tapi temen saya teriak bilang lintah - lintah, saya bingung sekaligus panik saya gak liat ada lintah yang kayak di TV jadi saya cuek aja tetep duduk, dia berjalan pelan - pelan dengan sepotong kayu panjang lalu menunjuk - nunjuk tepat sekitar 5 - 7 cm di bawah pantat saya benda aneh kayak siput tanpa cangkang warnanya persis sama kayak batu, sayapun ngacir gak karuan yang penting kabur. . .

       dan yang terpenting ini pertama kalinya terbentuk kata persahabatan antara kami berempat, yang kami sebut "WANITA TANGGUH" meskipun dulu saya dan salah satu teman saya itu nangis mulu kerjaannya tapi disaat dapet kata - kata itu entah kenapa jadi ngerasa lebih kuat, bukan lebay tapi memang kerasa seperti dilempar semangat yang berapi - api kedalam diri, dan untuk mengabadikannya kita berempat berpose deh disalah satu tangga. dan kabar baiknya saya udah gak cengeng dong. . hahahaha

Aug 6, 2012

"MAAF"



Cinta dimana kita menemukan seseorang yang bisa membuat kita tidak bisa mencintai orang lain selain dia, dimana perasaan bercampur aduk tak menentu, dimana semua hal yang dianggap tak wajar bisa menjadi wajar, dimana yang tak layak bisa selayaknya, dimana senyum bisa menjadi tangis, dimana luka bisa menjadi tawa.
Cinta sejati ada ketika perasaan itu akan tetap hidup dan tumbuh sekalipun seseorang yang kita cintai telah meninggalkan, menyakiti, dan pergi tak kembali akan tetapi cinta untuknya masih akan tetap ada dan tumbuh seiring waktu mengiringi langkah – langkah kehidupan yang terus berlangsung dan tak akan pernah sudi untuk berhenti.
“June, besok aku tidak bisa masuk kerja, anakku sakit demam dirumah dan suamiku sedang bertugas. Kamu sendiri  taukan suamiku seorang aparat kemanan negara”. Ucap Nadya teman seruanganku dikantor.
“Iya aku tahu, suamimu seorang TNI-AD yang siap sedia menjalankan tugasnya”. Ledekku iseng.
“Dasar June dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah. Kapan akan menikah dan segera memiliki seorang anak?”. Ucap Nadya
“Nanti setelah dia pulang”. Ucapku sambil mengerjakan pekerjaan kantorku.
“Lima bahkan Tujuh tahun yang lalu kamu terus saja menjawab dengan jawaban yang sama, sedangkan dia tidak kunjung datang untuk menemuimu, June”. Ucap Nadya lagi.
“Lima, Tujuh, Delapan, atau bahkan puluhan tahun aku akan tetap menunggunya kembali, karena itu janjiku padanya, setia menunggunya untuk kembali padaku”. Ucapku sambil berjalan meninggalkan ruangan untuk mengambil secangkir kopi.
“Terserah kamu. Dan selama itu juga kamu melajang”. Ucap Nadya sambil mengerjakan pekerjaannya.
                Mataku tidak tertutup untuk melihat kenyataan yang benar – benar terjadi padaku, Lima, Tujuh, Bahkan sekarang, sudah delapan tahun dia tak kunjung kembali kepadaku, aku tahu. Tapi bagaimana dengan perasaaanku padanya? Perasaanku yang tidak akan pernah habus untuk mencintainya bahkan jika sosoknya tak ada dihadapanku. Aku tetap tak bisa berhenti mencintainya, dan kuharap diapun seperti itu.
“June, kamu sedang apa? Kopimu kepenuhan”. Ucap Tracy karyawan asing yang bekerja di kantorku.
“Oh, aku kelelahan sehingga aku mengantuk. Maaf aku mengisi cangkirnya terlalu penuh”. Ucapku sambil mengambil tissu yang ada didapur kantor.
“Kamu baik – baik sajakan June?”. Ucap Tracy sambil membantu menglap kopiku yang berceceran.
“Iya Trac, aku gak apa – apa. Makasih atas bantuannya”. Ucapku yang masih membersihkan.
“Oh iya, malam ini aku ingin mengajak orang kantor untuk pergi ke restoran jepang, aku akan mentraktir kalian karena kali ini aku sudah tidak melajang”. Ucap Tracy sambil menunjukan Cincin yang dikenakan dijari manisnya padaku.
“Ya ampun !, berarti sebentar lagi kamu akan menikah?”. Ucapku tak percaya.
“Iya June, aku akan menjadi istri dari seseorang. Aku senang sekali June akhirnya dia melamarku”. Ucap Tracy dengan wajahnya yang sangat gembira.
“Akhirnya kamu menikah Trac, aku senang sekali mendengarnya”. Ucapku sambil memeluk Tracy.
“Giliranmu yang harus menikah setelah aku menikah”. Ucap Tracy padaku.
“Iya, sebentar lagi dia kembali, aku yakin”. Ucapku sambil meneguk kopiku.
“Kamu yakin akan terus menunggunya?. Aku pikir dia berbohong akan kembali padamu June. Ini sudah masuk tahun ke delapan kamu menunggunya dan dia tak kunjung kembali padamu. Apa kamu yakin padanya, june?”. Ucap Tracy mencemaskanku.
“Aku harus yakin dia akan kembali, meskipun aku tak tahu kapan ia akan kembali padaku”.ucapku sambil berjalan menuju ruangan kerjaku, dan melanjutkan kembali pekerjaanku.
“Kamu akan ikut setelah pulang kerja nanti?”. Tanya Nadya yang berdiri di samping kursi kerjaku.
“Acara Tracy? Iya aku mungkin akan ikut. Lagipula aku tidak ada kerjaan kantor lagi yang harus dibawa pulang”. Ucapku sambil menyelsaikan pekerjaanku.
“Baguslah, semoga kamu menemukan seseorang disana”. Ucap Nadya padaku.
“Maksud kamu?”. Tanyaku
“Seseorang yang bisa kamu jadikan pacar atau suami”. Ledek Nadya padaku.
“Memangnya seseorang itu bisa ditemukan hanya dalam hitungan beberapa waktu saja? Dasar kamu ini Nad”. Ucapku sambil mematikan komputerku karena pekerjaanku sudah selesai.
“Menurutmu butuh berapa tahun lagi untuk memulai hidup dari awal?”. Ucap Nadya.
“Kamu menghawatirkan aku?”. Ucapku sambil merapikan meja kerjaku.
“Iya, aku menghawatirkan teman seruanganku yang terus menunggu seseorang tanpa kabar. Kamu pikir umurmu berapa sekarang, apa ini waktunya untuk tetap melajang? Aduh!! Rasanya aku seperti seorang ibu yang sedang memaksa anaknya untuk segera menikah”. Ucap Nadya sambil mengenakan Jasnya.
“Makasih nad”. Ucapku sambil menggandeng tangannya dan berjalan menuju luar ruangan kerja.
--
“Wah Mau berapa banyak lagi orang itu minum Arak?”. Ucap Nadya sambil memperhatikan Her teman sekantor kami yang sedang berlomba meminum arak.
“Biarkan saja selagi mereka masih muda dan tubuh mereka masih kuat”. Ucapku sambil meneguk secangkir Arak.
“Argh! Anak ini juga ikut – ikutan, apa badan kamu masih sanggup menahan kerasnya Arak?”. Ucap Nadya sambil mengambil cangkir Arak dari tanganku.
“Masih. Akukan masih muda”. Ucapku sambil tersenyum pada Nadya.
“Hah! Dasar kamu ini. Umurmu sudah tidak seperti mereka lagi June”. Ucap nadya sambil menuangkan air teh hijau ke gelasku.  “Minum ini, jauh lebih baik”. Ucapnya lagi.
“Iya, aku tahu. Tapi sesekali ingin minum arak tidak apa – apakan?”. Ucapku sambil mengeguk teh hijau yang diberikan nadya padaku.
“June, kemari sebentar”. Ucap Tracy padaku dan aku berjalan menuju kearah Tracy.
“Kenapa Trac??”. Tanyaku
“Calon suamiku akan menjemputku sepulang kita merayakan ini. Aku ingin mengenalkan dia padamu, apa kamu ada waktu?”. Ucap Tracy yang sangat gembira, wajahnya tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya itu.
“Aku? Setelah ini aku harus pulang. Aku punya hewan peliharaan dirumah yang belum diberi makan. Maaf ya, mungkin lain kali saja”. Ucapku
“Oh begitu ya, kalau begitu lain kali kamu tidak boleh menolak lagi aku kenalkan pada calon suamiku”. Ucap Tracy padaku.
“Iya aku tidak akan menolak lagi”.

--
“Semuanya aku pulang duluan”. Ucaku pada teman – teman sekantorku.
“Kakak, jam segini memangnya masih ada bus?”. Tanya Her padaku
“Masih, eh itu dia busnya datang. Aku pulang duluan ya”. Ucapku sambil berjalan lalu menaiki bus yang berhenti dihadapanku.
“Hati – hati kak”. Ucap Her sambil melambaikan tangannya padaku.
                Aku duduk dikursi  bus kedua dari belakang. Hari ini busnya sangat kosong, mungkin karena hari sudah larut. Ini tempat duduk favoritku semenjak dulu saat aku masih kuliah. Dari sini Nampak terlihat aktivitas penumpang lain dan pemandangan diluar yang terlihat jelas, aku sangat menikmati pemandangan dari tampat duduk ini, sangat indah kurasa. Selintas aku jadi teringat saat delapan tahun yang lalu aku duduk dikursi bus seperti ini bersama dia, bersama seseorang yang aku cintai.
                Hari dimana untuk terakhir kalinya aku untuk melihatnya, menyentuhnya, dan memeluknya. Hari itu dia menghabiskan malam terakhirnya di Negara kami untuk kemudian ditugaskan ke Pakistan. Dia adalah seorang wartawan berita dan aku adalah seorang penulis yang berkerja di sebuah majalah kota yang sudah cukup terkemuka. Kami adalah pasangan yang suka sekali membicarakan berita – berita yang terjadi, baik itu berita tantang nusantara hingga berita kriminalpun kami bahas, kami sangat menyukai pembicaraan itu hingga kami sadar waktu tak lagi malam melainkan pagi, dan itulah akhir dari pertemuan kami.
                Seperti saat ini aku tak menyadari bertapa lelahnya aku untuk terus menunggunya. Bertapa tuanya aku untuk tetap menunggunya, bertapa malunya aku ketika akan menemuinya dengan kerutan – kerutan yang sudah mulai terlihat diwajahku. Kulitku yang halus tak lagi sehalus dulu. Tubuhku yang segar tak sesegar dulu, wajahku tak semuda dulu, semuanya telah berubah, diriku, penampilanku, dan hidupku.
“June, ayo cepat turun”. Ucap sopir bus yang sudah tidak asing lagi bagiku, dia adalah supir bus yang kukenal karena hampir setiap hari aku satu – satunya penumpang yang menaiki bus miliknya dijam – jam larut seperti ini.
“Iya pak. Terima kasih”. Ucapku sambil memberikan uang bayaran jasa dan lekas turun dari bus itu lalu berjalan menuju arah rumahku yang tak jauh dari jalan raya.
--
“Semuanya aku pulang”. Ucapku ketika aku masuk kedalam rumah.
Dan hanya Sayup sayup angin malam membalas salamku seperti biasanya. Aku tinggal sendirian, orang tuaku tinggal di kota yang berbeda denganku. Ini bukan keinginanku untuk memisahkan diri dari mereka tapi tuntutan dari pekerjaanku yang mengharuskan aku tinggal dikota yang berbeda dengan orang tuaku.
                Aku berjalan menuju akuarium dan memberi makan ikan – ikan peliharaanku. Kulihat mereka semakin tua, cara berenang mereka sudah tidak selincah saat dulu pertama kali aku membelinya, sekarang mereka berenang bagaikan ikan – ikan yang kelaparan tidak bertenaga dan menjadi tua. Mungkin aku juga seperti mereka, menua setiap harinya.
                Kupandangi wajah dan tubuhku didepan cermin dengan seksama. Wajah yang kulitnya sudah tak sesegar dulu, penuh kerutan dan tanda – tanda penuaan, dan tubuhku?, tubuhku tidak seperti dulu, semuanya mulai terasa kendur dan ada beberapa lemak yang tertimbun didalam tubuhku. Rambutkupun tak seindah dulu, tampak kusam dan lusuh. Selintas pertanyaan membayang dipikiranku, inikah aku? Inikah aku yang delapan tahun kemudian menjadi wanita tua? Wanita tua yang sendiri dan kesepian.
                Kutaburkan bedak sebanyak – banyaknya diwajahku, kuusapkah blush on di pipiku hingga merona, kugunakan eyelinear dan eyerolls untuk menutupi kantung mataku, tapi sumuanya masih terlihat jelas. Kerutan – kerutan itu dan mata yang mulai membengkak. Semua make up ini tidak membantu.
“Kenapa aku harus Tua!!!!!!! Tak bisakah aku tetap muda hingga dia kembali!!!!!!!”. Teriakku sambil melemparkan peralatan make up ku ke lantai dan berlari menuju kamar mandi.
                Kurebahkan tubuhku di bath Up, air hangat ini mungkin bisa membantu mengembalikan suasana hatiku menjadi baik. Tapi kurasa tak membantu!!
                Wajahnya, senyumnya, kata – katanya sangat – sangat terlukis jelas diingatanku dan tak bisa kuhapus meskipun berkali – kali sudah kucoba. Air ini tak sehangat ketika ia memelukku, air ini tak setenang seperti saat ia berada disampingku. Air mata yang menetes ini tak berarti bila ia tidak ada disini. SEMUA HIDUPKU TAK BERARTI TANPANYA!!
--
“June, apakah kamu baik – baik saja? Kulihat seharian ini kamu tampak murung?”. Ucap Tracy duduk disampingku pada saat istirahat makan siang.
“Iya”. Ucapku sambil tersenyum kepada Tracy.
“Apa kamu sakit June?”. Ucap Tracy sambil memegang dahiku.
“Tidak, aku baik – baik saja”. Ucapku
“Kenapa makannya tidak kamu makan? Ada apa June? Tak bisakah kamu berbagi dengannku?”. Tanya Tracy padaku lagi.
“Tidak, aku tidak apa – apa Trac”. Ucapku sambil berjalan menjauhi Tracy.
Langkah demi langkah terasa sangat ringan. Mataku pun terasa sudah rabun. Tubuhku yang sudah tua ini rasanya berjalan tidak karuan. Kakiku pun sudah tak sanggup menopang tubuhku lagi hingga aku terjatuh dan semuanya menjadi gelap, gelap sekali.
“June, kamu baik – baik saja?”. Ucap seseorang yang suaranya sudah tidak asing lagi bagiku.
                Sedikit demi sedikit aku membuka mata, terlihat sosok seseorang yang sangat familiar untukku meski penglihatanku agak kabur, tapi lama kelamaan sosok itu terlihat jelas. Jelas sekali hingga aku tak sanggup untuk tidak menatapnya sedetikpun.
                Seseorang yang selama ini ingin kutemui, ingin kusentuh, ingin kupeluk, dia ada dihadapanku. Dia berdiri disampingku dan tangannya yang hangat sangat terasa menggenggamku. Dia, dia adalah seseorang yang Selama ini kutunggu, ini benar dia. DIA ADA. DIA NYATA DAN DIA HIDUP. dan aku tak tahu harus bagaimana ketika dia menemuiku seperti ini.
“June”. Ucapnya dengan nada suara yang tak pernah berubah, suara yang menggetarkan seisi hatiku, suara yang selama ini kurindu untuk menyebut namaku.
“Ga. . .”. ucapku yang tiada henti menatapnya, dan menggengam tangannya.
“Maaf June aku baru bisa datang sekarang. Maaf aku membuat waktumu terbuang sia – sia hanya untuk menungguku. Maaf karena aku terlambat”. Ucapnya dengan mata berkaca – kaca.
“Saga, tak ada kata terlambat untuk kamu kembali kepadaku dan tak ada kata sia – sia untuk aku menunggumu”. Ucapku lalu menyentuh wajahnya.
“Maaf June, karena aku hidupmu susah, maaf karena aku kamu harus disini, maaf karena aku kamu terus sendirian”. Ucapnya lebih erat menggengam tanganku.
“Beribu ucap kata maaf tak penting buat aku Ga, yang terpenting kamu kembali meskipun kini aku sudah tak semuda dulu, tubuhku tak sesegar dulu. Kerutan – kerutan diwajahku mulai tumbuh, lemak – lemak ditubuhku tertimbun, dan kulitku menua, aku akan disini dan menunggumu kembali seperti ini”. Ucapku yang tanpa sadar meneteskan air mata.
“Kata maaf itu penting ketika janji tak lagi bisa ditepati, kata maaf itu penting ketika kita tak bisa lagi melakukan hal apapun, dan kata maaf itu penting ketika kita tak bisa membalas semua pengorbanan, cinta, kasih sayang, dan hidup seseorang. Kata maaf itu penting karena hanya itu yang bisa teruucap tak ada kata lain yang dapat mewakilkan segala penyesalaan dan ketidak bergunaan dalam diri selain kata maaf”. Ucap Saga yang juga meneteskan air mata.
“Kenapa kata maaf itu lebih penting bagimu dari pada pertemuan ini? Apa setelah ini kamu juga akan meninggalkan aku lagi? Dan membuatku menunggu lima, tujuh, atau bahkan delapan tahun kedepan? Menunggumu hingga diriku berubah menjadi wanita tua yang kesepian tanpa cinta??”. Ucapku penuh emosi.
“Maaf”. Ucapnya sambil memelukku. “Maaf membuat kamu seperti ini”.
“Aku sadar, aku bukan lagi June yang berumur 22 tahun yang terakhir kali kamu lihat, kamu sentuh dan kamu peluk. Aku june yang berumur 29 tahun. June yang sudah mulai keriput, june yang tua dan kesepian, aku sadar dibanding denganmu yang kulihat aku lebih tua terlihat darimu meski kamu lebih tua 3 tahun dariku. Apa itu penyeselanmu? Karena harus bersama wanita tua seperti aku? ”. ucapku lirih sambil terus memeluknya.
“Maaf”. Ucapnya
“Bisakah berhenti mengatakan maaf? Itu membuat aku merasa takut”. Ucapku lagi.
“Maaf”. Ucapnya lagi.
“Tolong hentikan!  jangan katakan  kata maaf itu lagi padaku, aku merasa tak berarti bila kamu pergi meninggalkan aku, aku tak sanggup lagi menunggu, aku tua!!! AKU SUDAH TUA!!”. Ucapku sambil menangis dipelukannya.
“Maaf”. Ucapnya
“Aku takut. Takut sekali kamu tidak bisa kembali dan menemui aku. Aku takut aku tak bisa lagi melihatmu, aku takut tak bisa lagi menyentuhmu, aku takut tak bisa memelukmu, aku takut aku menjadi wanita tua yang kesepian menunggumu, aku takut. Aku sangat takut apa kamu tahu itu?? Aku takut maka hentikan berkata maaf padaku lagi, karena aku takut, takut kamu pergi meninggalkanku lagi”. Ucapu masih memeluknya dan terus menangis.
“Maaf”.
                Aku berhenti memeluknya dan memandangi wajahnya. Wajah yang tak berubah seperti saat kami terakhir bertemu delapan tahun yang lalu. Wajah yang sama, tubuh yang sama, suara yang sama tak sedikitpun ada yang berubah dari dia, tidak seperti aku yang mengalami banyak perubahaan. Wajahnya yang menangis dihadapanku, wajahnya yang tiada henti memandang wajahku, wajahnya yang tak pernah ingin sedikitpun waktu terlewatkan untuk melihatnya terus menerus, wajahnya yang membuat hatiku terasa sakit dan bahagia ketika memandangnya.
“Untuk apa datang kepadaku bila kamu harus meninggalkan aku lagi?”. Ucapku padanya.
“Maaf”.
“Apa karena aku berubah menjadi wanita tua sedangkan kamu tidak?? Apa karena perasaanmu padaku sudah hilang?. Puas menyiksaku seperti ini?” Teriakku padanya.
“Maaf”.
“Apa kesalahanku hingga kamu berani menghukumku seperti ini?”.
“Maaf”.
“Apa kamu tidak bisa mengucapkan kata lain selain maaf??”.
“maaf”.
“Aku lelah mendengar kamu terus mengatakan itu. Sudah aku bilang aku takut. Tolong hentikan, kumohon hentikanlah demi aku, demi aku yang Selama ini mencintaimu, demi aku yang tiada henti menunggumu, demi aku yang  menanggis dihadapanmu, tolong hentikan. Hiks. . .hiks. . .”.  ucapku yang tak kuat lagi menahan semua emosi.
“Maaf June, hanya itu yang akan selalu kukatakan padamu, selama waktu mengijinkanku untuk menemuimu”. Ucap Saga sambil menghapus air mataku.
“Sekarang, haruskah kamu pergi  dan meninggalkan aku lagi?”. Ucapku sambil menangis
“Maaf June”.
“Jangan katakana maaf, katankan padaku haruskah aku menunggumu lagi hingga aku bertambah tua??”. Ucapku lagi
“Tidak June, tidak lagi”. Ucapnya sambil menatap wajahku.
“Kenapa aku tidak boleh menunggumu?”. Ucapku sambil menggenggam tangannya.
“Karena aku tak mungkin kembali padamu”. Ucapnya
“Kenapa? Ada seseorangkah?”. Tanyaku dengan emosi yang terus meledak – ledak setiap waktunya.
“Tidak selain kamu, tapi karena aku tidak bisa kembali padamu maka dari itu ingin rasanya terus kukatakan maaf padamu hingga kamu memaafkan aku”. Ucapnya sambil menggengam tanganku.
“Tidak akan pernah aku maafkan”. Ucapku sambil melepaskan tangannya lalu berjalan menjauh darinya.
“maaf june”. Ucap saga yang masih tetap berdiri di belakangku tanpa mengejarku yang berjalan menjauh darinya.
“June!!!”. Kudengar suara seseorang berteriak memanggilku.
“June. .”
“June!!!!”.
                Aku melihat wajah Tracy tepat berada dihadapanku. Dan kulihat tidak ada Saga lagi. Aku segera terbangun dari ranjang rumah sakit dan berjalan kerarah sekitar untuk mencari saga.
“Saga!!!”. Teriakku sambil terus berjalan tanpa mengenakan alas kaki.
“Saga!!!!!! Saga!!!”. Teriakku lagi dan tanpa sadar air mata menetes membasahi pipiku. Aku terus mencari disemua sudut ruangan, tapi tak kunjung kutemui dia.
“Saga!!!!”. Teriakku lagi sambil terus berjalan mencari saga di sekitar rumah sakit.
“June!!”. Teriak Tracy sambil menarik tanganku dan menghentikan langkahku.
“Saga!!!!!!!!!” teriakku lagi. “Mana Saga???? Saga!!!!!!”. Teriakku lalu duduk dan terdiam di  lantai rumah sakit.
“June”. Ucap Tracy sambil memelukku dan menangis.
“Sa. .ga. . .”. ucapku lirih
“June, kumohon hentikan. Hentikan semua penantianmu ini”. Ucap Tracy padaku.
“Saga. . .”. ucapku terus menangis.
“June, jangan menyebut namanya lagi. Ini membuat kamu semakin sakti June. Hentikan June kumohon, hentikan”. Ucap Tracy sambil terus memelukku.
“hiks. . .hiks. .aku tidak akan memaafkan dia bila dia tidak kembali lagi padaku saat ini, aku tidak akan berhenti menunggunya bila dia tidak disini sekarang, aku akan tetap berteriak memanggil namanya bila dia tidak datang sekarang aku akan tetap begini tak ingin berhenti menunggunya”. Ucapku  dengan air mata yang tidak berenti mengalir.
“June cukup. Hentikan semua ini June. Ini hanya akan membuat kamu terluka”. Ucap Tracy padaku.
“Aku tahu dia disini, aku tahu dia bersembunyi karena tidak ingin bertemu dan kembali lagi padaku, aku tahu itu, maka dari itu aku tak akan memaafkan dia bila dia tidak datang sekarang, tidak akan pernah aku maafkan”. Ucapku lagi.
“Saga!!!!!!!”. Teriakku lagi sambil melihat kesekeliling.
“June, kumohon hentikan”. Ucap Tracy terus memelukku.
“Tracy!!!!”. Teriak seorang pria dari arah lorong tempat kami duduk.
“Dan!!!”. Ucap tracy.
“Maaf aku terlambat”. Ucap seseorang itu pada Tracy.
Aku melihat kearah laki – laki yang berteriak memanggil nama Tracy, itu mungkin calon suaminya.
“Sudah waktunya Dan, tolong jangan buat dia menunggu lagi”. Ucap Tracy pada pria itu.
“Iya”. Ucap pria itu sambil mengeluarkan sebuah kotak kecil yang diberi pita berwarna merah dan secarik kertas dari tas yang ia bawa.
“Ini”. Ucap pria itu memberikan kotak dan surat itu padaku.
“Apa ini?”. Tanyaku sambil mengambil kotak dan surat yang ia berikan padaku.
“Itu milik Saga”. Ucapnya padaku.
“Saga??”. Ucapku sambil membuka kotak kecil yang ia berikan, ternyata kotak itu berisi sebuah cincin yang di bagian dalamnya bertuliskan ‘saga’. Aku memandangi cincin itu lalu mengnakannya dijari manisku seperti cincin yang digunakan Tracy di jari manisnya. Dan aku membuka secarik kertas lusuh yang hanya bertuliskan ‘Maafkan aku June’.
“Itu yang ingin Saga berikan padamu,  saat dimana ia akan kembali untuk menemuimu”. Ucap pria itu padaku.
“Mana Saga!!!!!!!!!!!!!!!”. Teriakku sambil menarik kasar kerah pakaian pria itu.
“June”. Ucap Tracy yang berusaha menenangkanku.
“Saat itu hari dimana hari terakhir kami bertugas di Pakistan. Ia mempersiapkan cincin itu untuk melamarmu setibanya nanti.  Tapi malam itu juga ia ingin segera memakai cincin yang bertuliskan namamu di jarinya, padahal sudah kukatakan biar nanti kamu yang memasangnya tapi dia bilang dia sudah tidak sabar mengenakan cincin ini dijarinya. Esok harinya kami akan pulang dengan halikopter yang dikirmkan untuk para wartawan yang meliput di daerah itu, tapi Saga tidak ikut bersama kami, ia melihat anak kecil menangis ditengah – tengah lapangan yang saat itu sedang marak sekali adu peluru antara petugas dengan rakyat sipil, dan Saga memutuskan untuk menolong anak kecil itu lalu menunda perjalanan pulangnya untuk menggunakah helikopter esok harinya. Aku sangat kawatir padanya tapi dia bilang, aku akan baik – baik saja lalu ia menyuruhku pulang dan ia berjanji akan menghubungiku malamnya. Aku terus menunggu bahkan aku diam – diam membiarkan hpku agar bisa terus aktif dalam pesawat.  Jam demi jam kutunggu tapi tak ada telfon darinya. Hingga esok paginya saat kami telah sampai di bandara ia menelfonku dan mengatakan ‘Jangan kawatir aku baik – baik saja dan akan segera pulang pagi ini’ itu kata – kata terakhir yang aku dengar darinya lewat hpku. Aku menunggunya dikantor hingga esok harinya, tapi ia tak kunjung datang. Hingga malam harinya ada beberapa petugas yang datang ke kantorku memberikan tas yang berisikan kotak dan secarik surat yang lusuh ini padaku. Mereka mengatakan pesawat yang dinaiki saga mengalami gangguan sehingga terjatuh ke lautan daerah laut seram, dan mereka menemukan tas ini terapung diatas laut, mereka menduga saga melemparnya keluar lebih dulu sebelum ia menyelamatkan diri lalu surat itu mungkin ditulisnya pada saat – saat emergency. Tapi sayangnya, hingga detik inipun mayatnya tak pernah ditemukan bahkan kerangka kapalnya pun tidak ada, itu yang selama ini ingin kukatakan padamu”. Ucap pria itu padaku.
                Aku tak sanggup berucap kata sedikitpun, rasanya hati dan jiwaku telah mati ketika aku sadar bahwa aku telah kehilangan orang yang selalu kutunggu setiap waktunya. Air mataku tak berhenti mengalir dan lebih deras mengalir dari sebelumnya. Kurasakan tubuhku seperti tanpa nyawa dan aku merasa tak hidup. Aku sangat menyadari bahwa aku tak mungkin bisa melihatnya, menyentuhnya bahkan memeluknya, dalam mimpiku itulah yang terakhir kali aku bisa merasakan semuanya. Meliaht apa yang ingin kulihat, menyentuh apa yang ingin aku sentuh, dan memeluk dia yang ingin kupeluk.
                Aku merasa, kini aku hanya seorang wanita tua yang kesepian dan akan terus seperti itu, selamanya akan seperti itu. Menanti seseorang yang tak akan pernah kembali padaku meskipun aku memohon sekeras apapun. Wanita tua kesepian yang tak berdaya, yang hidup tapi jiwanya mati bersama seseorang yang ia cintai.
                Perlahan ku angkat tubuhku dan kulangkahkan kakiku, semuanya terasa berat. Tubuhku, kakiku dan langkahku semuanya terasa sangat berat. Apakah bebannya seberat ini? Apakah seberat ini kehilangan dia hingga  aku merasa aku tak mampu lagi berjalan, terlalu berat. Sungguh terlalu berat, dan luka yang terasa juga begitu teramat sakit, apakah sesakit ini rasanya?
     “June!!”. Teriak Tracy sambil mengejarku.
                Aku membalikan tubuhku kearah Tracy. Kuhapus air mataku dan aku tersenyum padanya, ingin sekali kukatakan terima kasih tapi bibir ini tak sanggup mengatkannya. Kutegapkan tubuhku dan kulangkahkan kakiku kembali, kuayunkan tanganku dan kulihat cincin miliku terlihat sangat bersinar, secerah perasaan cinta yang tulus dari saga untukku dan dariku untuk saga. Sekarang semuanya terasa lebih ringan kurasa. Setelah kusadari rasa Cinta saga tak mati seperti raganya, cintanya hidup didalam hatiku lewat cincin yang kukenakan ini. Tubuhku, kakiku, langkahku dan senyumku semuanya terasa lebih ringan, sangat ringan dan entah kenapa terasa semua beban hilang.
                Aku berjalan terus kearah luar rumah sakit dengan langkah yang sangat ringan dan senyuman yangselama ini tak pernah lagi ku tebarkan dengan setulus ini. Sesaat kupandangi cincin yang kukenakan tadi, terlihat sangat indah dengan gemerlap cahaya lampu malam ini. kugenggam erat tanganku yang mengenakan cincin itu seolah tangan sagalah yang sedang ku genggam dan tak ingin sedikitpun kulepaskan karena aku ingin terus bersama saga, saat ini dan waktu kapanpun ketika kesempatan itu ada, aku ingin bersamanya dan selalu bersamanya dan tak ada artinya penantianku ini bila aku tidak bersamanya, aku sudah tua, aku tak muda lagi sekarang , dan aku ingin tetap bersamanya, ingin dan akan selalu seperti itu.
                Tiba – tiba kurasakan tubuhku terhempas dan terlempar kejalanan. Sangatlah ringan dan tidak terasa apapun,  tak ada beban. Samar – samar kulihat cahaya remang lampu mobil yang berlumuran darah berada tepat dihadapanku, dihadapanku yang kini terkapar dijalanan dengan darah diwajah, lengan dan kakiku, tapi itu bukan yang terpenting. Yang terpenting aku masih menggenggam cincin dijariku utuh seperti saat saga melemparkan tas yang berisi cincin ini agar bisa diberikan kepadaku dalam keadaan utuh, dan ini hal yang bisa membuatku masih tersenyum. Tersenyum ditengah kerumunan orang yang melihatku yang berlumuran darah ini yang menanti kematian menjemput.
“June!!!!!!!!!!!!”. Teriak seseorang yang kukenal, ya Tracy berteriak memanggilku dan menghampiriku bersama calon suaminya.
“June. . . jangan seperti ini, bertahanlah!”. Ucap Tracy sambil memelukku.
“Terima kasih”. Ucapku padanya. “Terima kasih karena telah membuat aku memaafkannya”. Ucapku lagi lalu tersenyum menatap wajah Tracy yang kemudian tak kulihat lagi wajah Tracy.
                Kulihat semuanya berbeda, aku bisa melihat tubuhku yang dipeluk erat oleh Tracy. Kulihat tangannku masih kuat mengenggam cincin pemberian saga itu. Aku berjalan menjauhi kerumunan itu dan kulihat seseorang disebrang sana. Seseorang yang telah kumaafkan. Seseorang yang membuatku menunggu hingga aku tua. Aku berlari kearahnya dan memeluknya erat. Kurasakan pelukannya nyata. Aku bisa melihatnya, menyentuhnya bahkan memeluknya erat seperti ini. Inikah caraku bisa bersama dengannya? Inikah jalannya? Jalan dimana sekarang aku menemui saga?.  Dia menggenggam tanganku dan kami berjalan bersama dengan langkah yang ringan.
                Kulihat wajahku tidaklah setua tadi, semuanya berubah. Aku menjadi aku sama seperti aku delapan tahun yang lalu. Yang muda, tanpa keriput. Kemudaian Saga memandangku dan aku tersenyum kearahnya. Senyuman tertulus yang akan selalu diberikan hanya untuknya, lalu kami berjalan kembali, berjalan ketempat dimana kami dapat bersama, bersama selamanya.
                Kusadari cinta kami akan tetap hidup dengan cara dan takdirnya sendiri. Mungkin ini jalanku, jalan hidupku agar aku bisa lebih bahagia. jalan yang diberikan tuhan secara berbeda pada setiap manusia. Entah itu dengan kehidupan atau kematian. Tak pernah ada yang tahu.
Banyak cara dan cerita dibalik kematian seseorang, tapi hanya ada beberpa alasan seseorang mati dengan tenang dan bahagia, yaitu cinta yang membuat kematiannya menjadi lebih berharga. rasa cinta yang tumbuh dari dalam diri dan seseorang yang mencintainya hingga membuatnya tak akan pernah mati. Raga bisa saja mati tapi cinta mungkin belum tentu bisa mati, meskipun terkadang kita tidak sanggup untuk menyadari sekalipun bahwa cinta itu masih tetap ada, dan mungkin akan tetap ada. Sejauh apapun kaki melangkah menuju beberapa kehidupan yang kian berbeda, sederas air mata yang terus terjatuh, semuanya menandakan bahwa cinta itu akan selalu ada, dan tak bisa mati.

Anytime, Anywhere is love part. II



Kayaknya matahari udah mulai nampakin diri, dengan teriknya ia memanggilku buat bangun dan bergegas buat pergi sekolah. Aku berjalan menuju sekolah dengan sedikit murung. Seperti biasa aku selalu ditinggal sendirian sama orang tua aku. Mereka gila kerja tanpa pernah peduli sama aku. Agh bt!!!!!

          “gimana tria vei???”. Tanya lita padaku sambil membuka bungkus hotdogsnya.

          “udah dua minggu aku gak sms an atau kontak – kontakan sama dia. Terakhir kali dia nanyain hal aneh yang bikin aku ilfil sama dia. Makanya aku gak pernah bales sms dia lagi. Aku males”. Ucapku sambil bersandar dikursi tempat dudukku.

          “aduh vei, kenapa kamu gitu banget sih? Barang kali aja dia Cuma iseng”. Ucap lita sambil mengigit hotdogsnya.

          “tapi gak lucu banget. Lagian kenal aja nggak, ketemu juga gak pernah”. Ucapku sambil melihat isi inbox di hpku yang kosong.

          “ya terserah kamu aja deh. Dasar galak”. ucap lita sambil mengunyah hotdogsnya dalam mulut.
         
          “biarain aja. Oh ya tha, kamu percaya gak tentang hubungan antara orang yang masih hidup sama orang yang udah meninggal itu ada? ”. tanyaku pada lita sahabatku.

          “percaya gak percaya sih, soalnya aku suka liat di tv – tv penampakan mereka itu ada dan gak menutup kemungkinan Vei”. Ucap lita sahabatku sambil melahap hotdog lagi.

          “tapi kalo kamu yang ngalaminnya sendiri, kamu bakal percaya atau enggak????”. Tanyaku lagi dengan sangat penasaran.

          “ya percayalah, soalnya aku ngalamin sendiri. Ada apa sih? pertanyaan kamu mulai ngaco deh”. Ucap lita sambil memelototiku.

“Mungkin yang lita omongin bener kali ya, kenapa gak harus percaya kalo kita ngalamin hal itu sendiri??? Tapi apa bener tria udah meninggal??? Terus kenapa tiba – tiba aku bisa sms-an sama tria? Kayaknya aneh banget deh dan gak mungkin. Tria masih hidup!!!!”. Pikirku dalam hati.

          Terik matahari siang ini pun mengantarkanku pulang kerumahku yang sepi. Seperti biasa aku pulang dengan rasa males karena udah pasti dirumah sepi, dan palingan aku nangis karena sekarang hari ulang tahun aku dan orang tuaku tetap sibuk bekerja dan lita, don’t wory be happy, gak peduli sama ulang tahun aku. Agh, sahabat yang aneh.

Aku masuk kedalam rumah dan nampaknya mama ada dirumah. Aku liat sepasang sepatunya di rak sepatu teras rumahku.

          “ma, aku pulang”. Ucapku dengan wajah berseri – seri masuk kedalam rumah, karena aku lihat, sepatu kerja mama ada di rak sepatu teras rumahku.

          “hai Vei”. Ucap mama menyapaku dengan senyumannya.

          “tumben mama udah pulang?. Biasanya mama sibuk kerja tapi kenapa?”. Ucapku keheranan.

          “mama Cuma pengen ada, buat anak mama waktu hari ulang tahunnya yang ke 17 tahun”. Ucap mama sambil menatapku dengan wajahnya yang berseri – seri.

          “mama inget hari ulang tahun aku????”. Ucapku sambil memeluk mama erat.
          “makasih ma udah inget”. Ucapku memeluk lebih erat ketubuh mama.

          “kamu gak seharusnya berterima kasih sama mama”. Ucap mama sambil menyalakan lilin ulang tahunku diatas kue tart.

          “maksud mama? Jadi ada seseorang yang kasih tau mama? Papa?”. Tanyaku dengan penuh keheranan.

          “bukan. Dia udah nyadarin mama akan sesuatu hal yang berharga yang selama ini mama lupain dalam hidup mama karena ambisi mama yang berlebihan”. Ucap mama sambil menghampiriku dan memberiku ciuman selamat ulang tahun yang gak pernah aku rasain lagi dari mama sejak umur aku 8 tahun.

          “mama, mama nyium aku lagi kayak 9 tahun yang lalu???”. Ucapku langsung menatap wajah mama yang mencium keningku di hari ulang tahunku yang gak pernah aku rasain lagi selama 9 tahun ini dan ciuman mama juga yang bikin aku nangis, mengangis bahagia.

          “dia juga kasih tau mama, kalo mama ngelupain 1 ungkapan kasih sayang mama ke kamu yaitu ini, ciuman untuk anak mama tersayang”. Ucap mama sambil menariku menuju kue tart yang lilinnya sudah mama nyalakan.

          Aku hanya terdiam dan berfikir siapa yang udah ngasih tau mama tentang semua yang aku mau dihari ulang tahunku yang ke 17. perasaan aku gak pernah kasih tau siapa – siapa tentang hal ini, apa ini harapan yang terkabul buat aku?
Aku meniup lilin dengan seluruh harapan yang aku ungkapakan lewat air mata.

**

          “Hari ini aku bener – bener seneng. Mama ternyata masih peduli sama aku, gak seperti apa yang selama ini aku rasain dan semua itu salah. Tapi siapa yang udah kasih tau mama soal semua ini, harapan ulang tahunku yang ke 17 ini????”. Pikirku dalam hati sambil tersenyum bahagia.

          “tret. . . . tret. . .  .”. hpku bergetar.
kuambil hpku dibawah bantal sambil bernyanyi – nyanyi gembira kareana semuanya terasa sempurna hari ini.

          “Tria???”. Ucapku dengan penuh keheranan, karena sebelumnya aku berantem sama tria dan aku hindarin semua kontak dengan tria. Dengan bergegas aku membuka isi pesan masuk dari tria yang ada di hpku.

          “malem Vei, met ultah ya, semoga senyuman itu yang ada hari ini selalu terpancar setiap hari, karena Cuma itu yang bisa aku ucapin ke kamu”

          “tria? Kenapa dia tau aku sekarang ulang tahun? Terus kenapa dia tau aku sekarang lagi senyum karena bahagia. Atau mungkin dia yang kasih tau mama?”. Pikirku dengan penuh tanda Tanya.

Aku berlari ke tempat tidur mama buat cari tau siapa yang kasih tau semua hal yang aku harepin saat ini. Kubuka pintu kamar mama dengan terburu – buru.

          “ma, aku mau Tanya sesuatu?”. Tanyaku sambil memegang hpku dan menarik nafas panjang karena kelelahan.

          “ada apa vei?”. Tanya ma adengan penuh keheranan.

Aku berjaan kearah mama sambil memperlihatkan nomer di hp ku ke mama.

          “ma, orang yang punya nomer ini bukan, yang kasih tau mama kalo aku ulang tahun hari ini?”. Tanyaku dengan penuh rasa ingin tau.

          “iya. Namanya tria. Katanya dia temen deket kamu vei. Emangnya ada apa?”. Ucap mama memandangku heran.



          “nggak ma, makasih ya ma”. Ucapku lalu berjalan menuju kamarku lagi.

“Kenapa tria? Dari mana dia tau kalo aku ulang tahun hari ini dan berharap bisa ngerayain ulang tahun aku lagi sama mama?, dan dari mana dia tau kalo aku kangen banget sama ciuman ulang tahun dari mama yang mama selalu kasih setiap aku ulang tahun?
Dan kenapa dia tau kalo sekarang aku lagi senyam senyum kegirangan??? Sebenernya dia siapa? Sebenernya tria masih hidup atau udah meninggal???
Dia siapa? Aku takut”. ucapku dalam hati sambil duduk diatas tempat tidur.

          “tret. . . . tret. . . .” hpku bergetar lagi. lalu kulihat, dan ternyata telefon dari tria. ini pertama kalinya tria nelfon aku. Kuangakat telfonnya dengan hati – hati dengan tangan yang bergetar ketakutan.
         
          “ha… halo”. Ucapku dengan bibir yang bergetar.

          “loveita, maaf kalo selama ini aku selalu bikin kamu bingung. Mungkin ini saatnya aku ungkapin semuanya kekamu”. Ucap satria secara tiba – tiba.

          “Maksud kamu apa”. Tanyaku kebingungan.

          “Kamu masih inget sama anak kecil yang kakinya lumpuh, dan naik kursi roda, yang setiap hari main sama kamu dirumah sakit, waktu kamu lagi dirawat gara – gara demam berdarah? Anak laki – laki yang setiap hari kamu ajak untuk liat matahari terbenam diruangan kamar kamu yang terfokus langsung kearah cahaya matahari?. Anak laki – laki yang kamu bacain buku cerita waktu anak kecil ini gak mau tidur siang??. Kamu masih inget siapa nama dia???” ucap Tria berusaha mengingigatkanku.

Aku inget, aku inget anak kecil berkursi roda itu yang ngajak aku kebelakang rumah sakit buat lihat taman bunga yang indah. Anak laki – laki pertama yang kasih aku bunga. Anak laki – laki yang nemenin aku nangis karena mama gak bisa jagain aku dirumah sakit, nemenin aku liat sunset, sampai aku ketiduran. Aku inget!!!!.

          “Satria”. Ucapku dengan air mata yang tiba – tiba menetes.

          “loveita, anak kecil dirumah sakit”. Ucap satria dengan suara bergetar.

          “higs…. Higs……selama ini kamu kemana, kenapa kamu ninggalin aku dirumah sakit sendirian??. Dan Kenapa kamu gakpernah kasih tau aku kalau kamu itu satria? Kenapa baru sekarang?”. Ucapku dengan penuh Tanya dan air mata yang tak henti menetes.

Aku selalu nunggu satria itu ada dan kembali. aku selalu nunggu setiap waktu tanpa pernah berhenti berharap dan akhirnya aku lupa. Satria yang selama ini selalu nemenin kesendirian aku.

          “aku satria, yang akan selalu nemenin kesendirian loveita, yang janji gak akan biarian loveita sendirian, satria yang selalu nemenin loveita ngelita matahari tergelam”. Ucap satria.

          “satria”. Ucapku yang tak bisa menahan tangis lagi.

Mungkin dulu aku kehilangan cinta pertama aku dan mungkin itu adalah satria, anak kecil yang dulu selalu nemenin kesendirian aku dan ngehibur aku disaat aku bener – bener sendiri dan ingin menangis, tapi sekarang dia ada. Dia kembali, cinta pertama aku. Satira aku, satria yang selalu nemenin aku.

          “aku tau sekarang kamu udah gak sendiran lagi. Karena mama kamu janji sama aku, ia bakalan berhenti kerja supaya ia bisa ngawasin perkembangan kamu dan lebih banyak waktu buat nemenin kamu. Kamu udah gak sendirian vei”. Ucap satria dengan suaranya yang cukup nenangin hati aku.

          “tira, kenapa kamu ninggalin aku dulu?”. Ucapku dengan suara yang bergetar dan air mata yang terus mengalir.

Aku ngerasa sakit banget waktu tau tria adalah satria. Tapi aku bahagia akhirnya dia kembali. Meski terlambat. Tapi aku berharap dia selalu ada seperti dulu, nemenin aku supaya aku gak sendiran lagi.

          “aku gak ninggalin kamu, tapi kamu gak pernah sadar tentang keberadaan aku. Aku anak laki – laki yang kamu tolong saat ada mobil yang nyaris nabrak aku, aku anak laki – laki yang  setiap pagi natap kamu di depan pager sekolah depan kelas kamu, dan dengerin harapan – harapan kamu setiap waktu yang kamu ucapain di jendela kelas kamu. Aku anak laki – laki yang ngirimin kamu bunga mawar putih setiap hari ulang tahun kamu. Aku anak laki – laki yang selalu nunggu kamu pulang sekolah di depan gerbang sekolah kamu. Anak laki – laki yang lumpuh dan duduk dikursi roda yang berharap kamu bisa sadar keberadaan aku, tapi sampai saat ini, kamu tetep gak sadar kalo itu aku, satria”. Ucap satria.

Aku tak bisa menahan tangisanku lagi, aku menangis dengan penuh rasa sakit dan penyesalan. Kenapa aku gak pernah sadar itu satria?. Dan sekarang aku gak bisa ngomong apa – apa. Bibir aku terkunci kaku dan aku terus menangis. Bahkan untuk ngucapin kata maaf aja aku gak bisa.

          “hari itu hari ulang tahun kamu yang ke 16 tahun, dan seperti biasa aku nunggu kamu depan gerbang sekolah dan berharap bisa ngasih bunga itu ke kamu secara langsung. Tapi aku liat kamu pulang sama temen laki – laki kamu. Jujur aku kecewa. Tapi aku gak bisa apa – apa, bahkan buat ngejar kamupun aku gak bisa, karena kemampuan kursi roda aku terbatas. Tapi aku berusaha terus ngejar kamu sampai aku kelelahan dan penyakit jantung aku kambuh. Akhirnya aku masuk rumah sakit lagi. Diruangan tempat kamu dirawat dulu. Bisa liat matahari terbenam dengan terbaring tanpa bisa ngelakuin apa – apa, sampai mata aku terlelap dan tak terbuka lagi. Saat itu aku bener – bener nyesel kayaknya aku gak bisa nemenin kamu lagi, tapi aku minta ama tuhan satu kesempatan buat aku bisa nemenin kesendirian kamu sampai kamu gak sendirian lagi dan harapan itu terkabul. Sekarang kamu gak sendirian, sekarang aku lega vei, aku bener – bener lega”. Ucap satria dengan suara memelas.

          “ma…. Maaf”. Ucapku dengan suara terbata – bata dan penuh rasa menyesal.

          “kamu gak pernah salah. Aku yang salah udah ninggalin kamu sendirian. Ninggalin kamu dirumah sakit, dan sekarang aku juga bakal ninggalin kamu”. Ucap satria.

          “aku yang salah. Aku liat kamu di jendela kelas aku, duduk dikursi roda sambil ngeliat kearah aku tapi aku malah malingin muka aku dan ngerasa risih sama keberadaan kamu makanya aku gak pernah perduliin kamu. Aku juga selalu liat kamu digerbang sekolah duduk di kursi roda sambil tersenyum kearah aku, aku liat, tapi aku pura – pura gak ngeliat karena aku gak tau itu kamu. Dan sekarang aku kangen banget sama kamu, yang selalu liatin aku lewat jendela kelas aku dan nungguin aku digerbang sekolah aku dan ngeliat matahari terbenam bareng kamu lagi”. Ucapku sambil terus menangis.

          “gak apa – apa. Lagipula kamu sekarang udah gak sendirian. Ada mama kamu yang pasti nemenin kamu setiap hari. Dan kamu gak perlu aku lagi”. Ucap satria meyakinkanku.

          “tapi aku gak mau, aku pengen ada kamu yang nemenin aku juga setiap hari kayak dulu. Ketaman bunga, kirimin aku bunga, nemenin aku liat matahari terbenam. Aku pengen kayak dulu lagi Tria”. Ucapku.

          “sayangnya aku gak bisa. Aku udah dak bisa nemenin kamu padahal aku pengen. Mungkin suatu hari nanti kalo aku terlahir kembali, pasti aku akan tetap ada disamping kamu. Jalan – jalan ke taman bunga, kirimin kamu bunga, dan duduk liat cahaya matahari bareng kamu lagi, tapi maaf sekarang aku gak bisa. Waktu yang dikasih tuhan buat aku udah abis dan aku lega karena kamu udah gak sendiran lagi”. Ucap satria

          “tapi kenapa kamu gak bisa nemenin aku lagi? Apa kamu udah punya pacar atau tunangan? Atau kamu benci sama aku?? Atau kamu gak suka sama aku?. Aku minta maaf satria”. Ucapku kecewa.

          “bukan. Bukan itu. Aku gak punya pacar atau tunagan. Aku juga gak benci sama kamu, tapi aku sayang sama kamu vei. Dan kamu gak pernah salah sama aku. Kamu masih inget pertanyaan aku yang sempet kita bahas? Hubungan antara orang yang masih hidup dengan orang yang udah meninggal?”. Ucapku satria

          “inget, tapi kenapa?”. Tanyaku dengan penuh bingung.

          “itu kita”. Ucap satria

Aku terhentak kaget dan tak percaya. Apa bener satria itu udah meninggal? Dan ini adalah arwahnya yang menuhin janji buat bikin aku gak sendiran lagi? Apa satria????

          “ia, penyakit yang aku derita sejak dulu udah ngerebut nyawa aku dirumah sakit karana aku kecapean ngejar kamu waktu ulang tahun kamu yang ke 16 tahun. Maka dari itu sekarang aku datang buat menuhin janji – janji aku ke kamu. Dan sekarang janji aku udah terbayar dan waktunya aku pergi”. Ucap satria.

          “nggak mungkin?!!. Aku gak percaya!!!!. Higs.  . ..higs”. ucapku sambil terus menangis.

          “aku gak mau keilangan kamu. Aku gak mau”. Ucapku.

          “tapi aku gak bisa lagi. Cuma bunga itu yang bisa aku kasih untuk terkhir kalinya. Aku sayang loveita maka dari itu aku dating kesini buat mastiin kamu gak sendirian. Dan aku lega. Semoga kita ketemu lagi dilain waktu dan dilain tempat. Karena rasa cinta aku ada disetiap waktu dan tempat Cuma buat kamu. Loveita.”.

          “satria, aku mau kamu tetep disini. Aku gak bakalan takut meskipun kamu itu hantu. Aku gak bakalan lari kalau kamu nampakin diri kamu di depan aku. Aku bakal ngenalin kamu dan aku bakal duduk sambil ngeliat matahari terbenam sama kamu, aku janji.”. ucapku

          “tut. . .tut. . . ” dan jaringan telfonku terputus.
Aku hanya menyesali semua kesalahanku ke satria. Aku bener – bener gak sadar kalau selama ini ada seseorang yang selalu sayang sama aku dan bikin aku gak sendirian lagi. Tapi kenapa baru sekarang aku sadar???? Anak laki – laki berkursi roda yang selalu nemenin aku dikesendiran aku? Kenapa???

Aku mencoba menelfon ke nomer satria tapi gak bisa. Berulang – ulang aku coba tetap gak tersambung. Aku berlari menuju keluar rumah dan kubuka pintu rumah dengan keras, kulihat ada bunga mawar merah di bawah kakiku. Aku mengambilnya dengan tangan yang bergetar dan kulihat tulisan yang terselip dirangkaian bunga mawar yang indah itu.

          “meski kata – kata ini gak berarti, dan mungkin akupun gak berarti, tapi buat aku kamu berarti. Meski mungkin kamu tak pernah sadari itu”.

Tiba – tiba air mata itu menetes ke pipiku dengan terus menerus. Aku gak sanggup lagi kehilangan anak laki – laki yang selalu nemenin kesendirian aku hingga saat ini. Hingga saat ini aku terdiam sendiri disini dengan penuh rasa sesalku untuk satriaku.

**

          “ma, aku mau pergi jalan – jalan liat matahari tergelam dulu ya”. Ucapku bergegas sambil berlari menuju pantai.

hari ini aku ada di pantai, bareng mama sama papa. Dan aku juga bakal lihat matahari tergelam sama kamu di pantai ini, duduk dipasir pantai dan mendengar suara ombak sambil menikmati matahari yang sudah mulai pulang. Aku bahagia karena aku pernah ngenal kamu dan cinta sama kamu meski itu terbatas tapi itu indah. Aku inget sama kata – kata kamu yang kamu tulis di kertas yang kamu simpen dirangkaian bunga aku saat umur aku 16 tahun. . .

          “aku selalu mencoba berlari, tapi aku gak sanggup. Aku mencoba berjalan, tapi aku gak bisa. Aku berusaha melupakan tapi aku gak sanggup. Aku berusaha mengubur tapi aku gak kuasa. Aku mencoba meredam dan menghilangkan tapi hati ini terus berontak. Aku berusaha melihat jauh tapi matkau tertutup oleh air mata. Meski aku sadar jarak begitu dekat tapi aku tak bisa menyentuhmu, tak bisa meraih tawamu, tak bisa menghapus peluh dan air matamu tapi tak ada penyesalan yang lebih berarti selain tetap bernafasdan menatapmu meski sedikit gelap tapi aku bahagia melihatmu baik”

          “dan aku gak akan lagi berlari, tetap duduk dan melihat matahari terbenam selalu dengan kamu”. Ucapku sambil duduk menunggu matahari terbenam di pasir diiringi suara ombak yagn menghanyutkanku kearah satriaku yang selalu menemaniku sepanjang waktu dan dimanapun aku berada.